Friday, February 18, 2011

ASUHAN KEBIDANAN pada BAYI dengan TETANUS NEONATORUM


DEFINISI
Neonatus adalah organisme pada periode adaptasi kehidupan intra uterus ke kehidupan intra uterin hingga berusia kurang dari 1 bulan. (Asri Rosad, 1987)
Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus yang disebabkan oleh clostridium tetani yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) yang menyerang sistem saraf pusat. (Abdul Bari Saifuddin, 2000).
PENYEBAB
Penyebab penyakit ini adalah clostridium tetani Kuman ini bersifat anaerobik dan mengeluarkan eksotoksin yang neorotropoik.. Clostridium tetani berbentuk batang langsing, tidak berkapsul, gram positip. Dapat bergerak dan membentuk spora. Spora tersebut kebal terhadap berbagai bahan dan keadaan yang merugikan termasuk perebusan, tetapi dapat dihancurkan jika dipanaskan dengan otoklaf. Kuman ini dapat hidup bertahun-tahun di dalam tanah, asalkan tidak terpapar sinar matahari, selain dapat ditemukan pula dalam debu, tanah, air laut, air tawar dan traktus digestivus manusia serta hewan. Tetanus tidak menularkan dari orang ke orang. Tetanus hanya dapat terjadi jika bakteri berubah bentuk menjadi bentuk vegetatif dalam tubuh manusia. Sebenarnya bakteri ini menghasilkan 3 toksin namun tetanospasmin merupakan penyebab timbulnya tetanus.
TANDA DAN GEJALA
Masa inkubasi penyakit adalah 5-14 hari sehingga .Gejala dan tanda tersebut biasanya muncul dalam waktu 5-10 hari setelah terinfeksi, tetapi bisa juga timbul dalam waktu 2 hari atau 50 hari setelah terinfeksi. Gejala yang paling umum terjadi adalah kekakuan pada rahang sehingga penderita tidak dapat membuka mulut, dan menelan serta bersamaan dengan timbulnya pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher, dan bahu atau punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut, lengan atas dan paha.
Bisa juga dengan melihat gejala klinis atau yang lebih jelas lagi, seperti:
Mulut mencucu seperti mulut ikan (karpemound)
Bayi tiba-tiba panas.
Bayi yang semula dapat menetek menjadi sulit menetek karena kejang pada otot faring (tenggorok dan rahang).
Mudah sekali kejang disertai sianosis (biru), kejang terutama apabila terkena cahaya, suara dan sentuhan.
Kejang, otot kaku/spasm dengan kesadaran tak terganggu. Kejang pada otot-otot wajah menyebabkan ekspresi penderita seperti menyeringai dengan kedua alis yang terangkat. Kekakuan atau kejang pada otot-otot perut, leher, dan punggung dapat menyebabkan kepala dan tumit penderita tertarik ke belakang, sedangkan badannya melengkung ke depan(kaku duduk sampai opisthotonus) . Kejang pada otot sfingter perut bagian bawah akan menyebabkan sembelit dan tertahannya air kemih.
Dinding perut tegang (perut papan)
PENCEGAHAN
Pemberian toxoid tetanus kepada ibu hamil 3 x berturut-turut pada trimester ke-3 dikatakan sangat bermanfaat untuk mencegah tetanus neonatorum. Pemotongan tali pusat harus menggunakan alat yang steril dan perawatan tali pusat selanjutnya.
PENATALAKSANAAN
Pemberian saluran nafas agar tidak tersumbat dan harus dalam keadaan bersih.
Pakaian bayi dikendurkan/dibuka
Mengatasi kejang dengan cara memasukkan tongspatel atau sendok yang sudah dibungkus kedalam mulut bayi agar tidak tergigit giginya dan untuk mencegah agar lidah tidak jatuh kebelakang menutupi saluran pernafasan.
Ruangan dan lingkungan harus tenang
Bila tidak dalam keadaan kejang berikan ASI sedikit demi sedikit, ASI dengan menggunakan pipet/diberikan personde (kalau bayi tidak mau menyusui).
Perawatan tali pusat dengan teknik aseptic dan antiseptic.
Selanjutnya rujuk kerumah sakit, beri pengertian pada keluarga bahwa anaknya harus dirujuk ke RS.
MEDIK DAN PERAWATAN
Menurut Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002 :
Diberikan cairan intravena dengan larutan glukosa 5% dan NaCl fisiologis 4-1 selama 48-72 jam.
Diazepam dosis awal 2,5 mg IV perlahan-lahan selama 2-3 menit
ATS 10.000/hari, diberikan selama 2 hari berturut-turut dengan IM
Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dibagi dalam 4 dosis selama 10 hari
Tali pusat dibersihkan / dikompresi dengan alkohol 70% betadine 10%.
Rawat diruang yang tenang tetapi harus terang juga hangat
Baringkan pasien dengan sikap kepala ekstensi dengan memberikan gajanl dibawah bahunya.
Beri O2 1-2 liter/menit
Pada saat kejang pasang sudit lidah
Observasi tanda vital secara continue setiap ½ jam
KEBUTUHAN NUTRISI DAN CAIRAN
Akibat keadaan bayi yang payah dan tidak dapat menyusui untuk memenuhi kebutuhannya. Perlu di beri infus dengan cairan glukosa 5%, bila kejang sudah berkurang pemberian makanan dapat diberikan melalui sonde dan sejalan dengan perbaikan, pemberian makanan bayi dapat diubah memakai sendok secara bertahap. (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002).

0 comments:

Post a Comment